Petak Umpet

by - 4:15 pm



Aku ingat sore itu aku sedang bermain di taman komplek perumahanku. Aku masih kecil saat itu untuk mengetahui jam berapa sekarang dan kapan aku harus pulang. Aku terus asyik bermain bersama Sandra dan kakaknya, Nico. Permainan kami sore itu adalah petak umpet.

“Karna kak Nico laki-laki sendiri, Kak Nico jaga!”, putus Sandra.

“Dasar curang!”, balas Nico tak mau kalah.

“Ayo kak, cepat hitung. Sandra dan kak Anjani sembunyi”.

“satu, dua, tiga…”, hitung Nico mengalah sambil menempelkan lengannya dibatang pohon.

Aku dan Sandra segera berlari mencari tempat sembunyi. Aku tak tahu Sandra sembunyi dimana. Aku sendiri memilih sembunyi dibalik mainan perosotan.

Belum selesai Nico menghitung, ada yang meneriaki namaku.

“Anjani…”, teriak Mama.

Akupun segera berlari menghampiri Mama. Beliau berkata bahwa aku harus segera pulang dan istirahat, karna besok pagi kami akan pindah rumah karena Papa mendapat tugas keluar kota. Aku menuruti perkataan Mama dan segera pulang.


Tapi aku lupa. Sandra masih bersembunyi. Nico belum menemukan aku ataupun Sandra. Aku lupa. Permainan belum berakhir.


--:--


Sore itu turun hujan saat aku pulang kuliah. Untung aku sudah tiba di halte lebih dulu sebelum hujan. Halte sepi sore itu. Hanya ada aku seorang diri. Tapi tak berlama-lama dalam kesendirian, aku melihat ada laki-laki yg aku taksir juga seumuran denganku sedang berlari menerobos hujan menuju halte tempatku menunggu busway.

“Kamu pintar sekali mencari tempat sembunyi. Aku dan Sandra kewalahan mencarimu”, katanya.


You May Also Like

0 komentar